Pengembangan budidaya laut di Indonesia untuk waktu yang akan datang adalah sangat penting artinya bagi pembangunan sub sektor perikanan,serta merupakan salah satu prioritas yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan dari sub sektor perikanan.Potensi sumberdaya alam yang tersedia diantaranya dapat dilihat dari luas perairan pantai yang membentang yaitu ± 81.000 km,serta pantai untuk budidaya ikan ±3.124.724 ha.Bila potensi tersebut di manfaatkan secara optimal dan benar niscaya akan dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya,membuka lapangan kerja,memanfaatkan daerah potensial,meningkatkan produktivitas perikanan,meningkatkan devisa negara dan membantu menjaga kelestarian sumberdaya hayati.
Ikan Kerapu adalah komoditas penting untuk budidaya laut di Asia Tenggara karena memiliki pangsa pasar yang besar dan nilai ekonomi tinggi. Pada mulanya, lebih dari 10 jenis kerapu sudah dibudidayakan namun menggunakan benih dan gelondongan ikan yang ditangkap dari alam di daerah yang bersangkutan.
PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA
Pemilihan lokasi budidaya laut yang dilakukan dengan benar, merupakan langkah awal keberhasilan budidaya. Dalam pemilihan lokasi dua aspek teknis penting yaitu penilaian kelayakan lahan budidaya dan aspek daya dukung lahan budidaya. Meskipun kita memiliki potensi lahan budidaya yang sangat besar, namun menjadi pertanyaan yang umum, berapa sebenarnya lahan budidaya yang layak untuk pengembangan. Kelayakan budidaya secara fisik tidak berarti layak untuk pengembangan secara keseluruhan, karena manakala lahan budidaya yang memiliki kelayakan fisik ini akan dikembangkan, harus dipertimbangkan aspek sosial-ekonomi masyarakat. Oleh karena itu areal lahan pengembangan akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan potensi lahan yang ada. Belum lagi harus mempertimbangkan buffer area. Kelayakan fisik diperoleh dengan mempertimbangkan faktor-faktor kunci seperti pasang surut, kedalaman (batimetri), keterlidungan, arus, gelombang, mutu air memberikan informasi karakteristik lahan terhadap kebutuhan biologis ikan yang akan dipelihara.
Daya dukung lahan budidaya bisa diartikan sebagai kemampuan suatu habitat atau kawasan budidaya yang dinyatakan dalam jumlah individu ikan yang mampu hidup normal dan berkelanjutan. Dengan demikian dalam evaluasi daya dukung kita harus mampu memprediksi secara ilmiah jumlah ikan, jumlah keramba yang diijinkan untuk keberlanjutan usaha budidaya (sustainable aquaculture). Dalam hal ini dipertimbangkan juga tata letak dan konstruksi. Pekerjaan ini merupakan tugas bagi tim yang memiliki kemampuan penentuan faktor oceanografis, GIS, dan beberapa pendekatan penilaian daya dukung seperti kapasitas DO dan pendugaan kuantitatif limbah organik sertaloading nutrient.
Tata Letak
Jumlah unit KJA dan tata letak KJA berhubungan erat antara lain dengan: (a) Kelayakan dan daya dukung lahan; (b) Target produksi dalam rencana pengembangan budidaya; (c) Arah arus, gelombang dan pemecahan gelombang; (d) kedalaman lokasi.
Tata letak keramba terhadap keramba lainnya merupakan hal yang penting untuk menjaga kualitas air yang baik di dalam keramba. Dua prinsif yang perlu diperhatikan meliputi : 1) meningkatknya kepadatan keramba akan meningkatkan biomas ikan, yamg mengakibatkan penurunan kualitas air didalam dan disekitar keramba. 2) Meningkatnya keramba akan menurunkan pertukaran air didalam keramba. Keseluruh pertimbangan tersebut adalah untuk perolehan sirkulasi air yang baik, kemudahan operasional dan keberlanjutan usaha. Misalnya dalam satu kawasan akan ditarget produksi satu ton per siklus produksi 1 tahun, maka pertimbangannya adalah (a) ukuran tebar awal agar setelah satu tahun mencapai ukuran pasar; (b) Jumlah unit keramba agar target produksi satu ton per bulan bisa tercapai; (c) Suplai benih secara kontinue; (d) jumlah jaring dan ukuran jaring untuk pendederan, penjarangan dan penggantian jaring.
No.
|
Parameter
|
Nilai
|
(SNI 01-6488.4-2000)
|
1.
|
Suhu (º C)
|
27-31
|
26-32
|
2.
|
Salinitas (ppt)
|
29-31
|
31-34
|
3.
|
pH
|
7-8,1
|
7-8,5
|
4.
|
DO (ppm)
|
5-8
|
> 5
|
5.
|
Kecepatan Arus (cm/detik)
|
20-30
|
20-25
|
6.
|
Kecerahan (m)
|
2-3
|
> 3
|
( kualitas air untuk pembesaran ikan kerapu)
Konstruksi Rakit
Sebuah rakit terdiri dari rangka untuk menggantung jaring dan pelampung untuk mengapungkan kerangka. Model dan ukuran rakit tergantung dari kondisi alam tempat budidaya, seperti arus air dan petani pemilik. Rakit satu bisa dihubungkan dengan yang lain akan tetapi masing-masing bagian jangan terlalu besar, untuk menghindari berhentinya sirkulasi air pada rakit bagian tengah. Hal ini harus diingat karena susunan rakit juga sangat mempengaruhi mudahnya penyebaran penyakit.
Kerangka rakit bisa dibuat dari bambu, kayu balok, pipa galvanis, plastik spesial dan lain-lain tergantung dari kesenanngannya. Bahan bambu lebih murah akan tetapi tidak bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama.
Bentuk keramba bukan factor utama dalam menentukan potensi pertukaran air, tetapi hubungan antara bentuk keramba dan pettkaran air diatur oleh seperangkap prinsif-prinsif dsar yang harus dipahami. Kebanyakan keramba berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar, tetapi keramba berbentih selindris kadang-kadang digunakan pula. Bentuk kerangka rakit segi empat/empat persegi panjang dan lingkaran bisa dipakai untuk pemeliharaan kerapu. Bentuk rangka segi empat/empat persegi panjang mudah dibagi untuk jaring yang mempunyai ukuran lebih kecil dengan hanya memakai balok sebagai penyekat.
Untuk kerangka rakit persegi empat/persegi panjang biasanya mempunyai ukuran jaring 3-5 x 3-5 m. Sebaiknya antara rakit satu dengan yang lainnya dibuat lebar dan mudah untuk jalan antar rakit sehingga memudahkan dan aman untuk bekerja sehari-hari misalnya: memberi pakan, pergantian jaring, seleksi ikan dan treatmen untuk penyakit.
Pada umumnya ada dua macam pelampung untuk rakit sterofoam dan drum plastik. Steroform mempunyai daya apung lebih tinggi dan tahan lama dari pada drum plastik akan tetapi harganya lebih mahal. Untuk menjaga dari penempelan organisme sterofoam harus diberi lapisan plastik, biasanya pelampung dari drum plastik memerlukan perawaaatan yang lebih intensif.
Untuk menambatkan rangkaian rakit pada tempat tertentu bisa menggunakan blok semen, jangkar besi, pipa galvanise dan sebagainya. Pipa galvanise ditancapkan/dipatok di dasar laut khususnya dasaar perairan berlumpur, dibentang dengan tali sebagai jangkar. Panjang dari tali jangkar adalah sangat menentukan untuk menambatkan rakit agar tidak bergoyang. Untuk tali jangkar disarankan dari bahan polyethylene (PE).
Disamping atau di atas rakit disarankan ditempatkan pondok untuk ruang jaga, ruang kerja, gudang dan sebagainya. Jika di atas rakit mempunyai tempat tinggal yang layak, pekerja akan merasa kerasan untuk tinggal. Kondisi bekerja akan membaik dan akan mendatangkan keuntungan dari ikan yang dipelihara.
Persiapan Jaring
Beberapa ukuran mata jaring yang berbeda harus disiapkan selama pemeliharaan ikan. Polyethylene (PE) adalah bahan yang baik untuk jaring. Pemakaian jaring tanpa simpul dianjurkan untuk menghindari luka pada ikan terutama benih yang baru masuk. Pemakaian jaring dengan simpul tidak masalah jika penanganan ikan dengan cara hati-hati. Stok jaring cadangan sebagai pengganti secara rutin harus dipersiapkan untuk memudahkan operasional.
Ukuran jaring mempengaruhi pertumbuhan ikan. Menurut penelitian di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, pemeliharaan pada ukuran jaring 2 x 2 meter mempunyai pertumbuhan lebih cepat bila dibanding pada jaring dengan ukuran 1x1 meter (untuk ikan ukuran 10-50 g), dan kerapu yang dipelihara pada ukuran jaring 4 x 4 meter mempunyai pertumbuhan lebih cepat bila dibandingkan 2 x 2 meter (untuk ikan ukuran 150-300 g). Untuk mengantisipasi pertumbuhan ikan dan memudahkan pengelolaan seperti pengamatan ikan dan pergantian jaring, ukuran mata jaring menurut ukuran ikan dapat dilihat seperti tabel di bawah ini.
Ukuran Jaring sesuai ukuran ikan
Berat ikan
(g)
|
Ukuran jaring
(m)
|
Ukuran mata jaring
(inc)
|
Jumlah benang
|
Periode
(bulan)
|
4-10
|
2 x 2 x 2
|
0.5
|
8-10
|
1
|
10-50
|
3 x 3 x 2.5
|
0.75
|
10-12
|
3
|
50-150
|
4 x 4 x 3
|
1
|
12-14
|
3-4
|
150-500
|
4 x 4 x 3
|
1.5
|
16-20
|
9-10
|
> 500
|
4 x 4 x 3
|
2
|
20-24
|
---
|
Sebaiknya kedalaman jaring disesuaikan dengan kecerahan perairan lokasi budidaya, sehingga ikan yang berada di dasar jaring masih bisa dilihat. Karena pengamatan ikan adalah sangat penting untuk melihat kondisi kesehatan ikan. Apabila kecerahan air rendah kedalaman jaring harus disesuaikan dengan kondisi perairan.Penentuan ukuran mata jaring yang tepat adalah sangat penting. Ukuran mata jaring yang benar memudahkan sirkulasi air di dalam jaring pada rakit, tidak mudah kotor sehingga dapat mencegah serangan penyakit khususnya yang disebabkan oleh parasit, kerapu dengan kepala yang kecil mudah masuk dan terjerat jika ukuran jaring tidak sesuai. Disamping itu juga jika ukuran jaring tidak sesuai, ikan akan mudah terjerat oleh jaring terutama saat ikan panik akibat gangguan ikan besar yang ada di luar jaring.Pemberat untuk jaring harus tersedia, biasanya dibuat dari blok semen cor, pemberat diletakkan pada tiap sudut jaring dibentang sampai dasar.
Pemilihan benih
Pertama yang perlu diperhatikan selain ketersediaan dana, fasilitas pemeliharaan, sistem transportasi, kondisi lingkungan budidaya juga ukuran benih sangat menentukan, semakin kecil ukuran benih selain susah menanganinya juga sangat rentan terhadap serangan penyakit terutama penyakit virus VNN. Pada ukuran benih kecil susah untuk melihat cacat pada tubuhnya.
Yang terpenting dalam pemilihan benih adalah (1) tidak sakit atau membawa penyakit khususnya virus VNN. (2) bentuk badan normal (3) tidak mengkonsumsi pakan hidup, (4) pakan benih selalu dalam kondisi baik dengan kandungan nutrisi bagus. Berdasarkan tes dengan membiarkan ikan tanpa air yang telah dicoba benih yang baik pada ukuran 5-6 cm dapat bertahan hidup tanpa air antara 3- 3,5 menit. Ikan yang terserang virus, cacat dan kekurangan nutrisi mati saat dicoba, karena itu dianjurkan sebaiknya melihat langsung kondisi ikan di hatchery sebelum membeli.
Biasanya jika pada suatu hatchery ikan banyak yang mati besar kemungkinan terserang VNN. Pada kondisi yang normal benih di hatchery tidak banyak kematian akibat penyakit atau kanibalisme. Benih terserang VNN biasanya badan kehitaman dan selalu tiduran di dasar tangki.
Pada budidaya ikan selama pemeliharaan biasanya ikan yang cacat kondisi-nya lemah dan mudah terserang penyakit. Serangan penyakit biasanya terjadi pada ikan yang cacat, kemudian berkembang secara intensif dan kemudian penyakit menular pada ikan yang sehat. Ikan yang cacat nampaknya juga mempunyai pertumbuhan yang lambat. Selain itu pada berat tubuh yang sama ikan tersebut mempunyai harga yang lebih murah bila dibanding dengan ikan yang normal.
Kebanyakan cacat tubuh yang dialami dari benih yang berasal dari hatchery diantaranya cacat pada mulut, mulut tidak simetris dan cacat lain seperti gambar. 3 :
Mengetahui jenis pakan yang dipergunakan juvenil selama berada di hatchery adalah sangat penting. Untuk pemeliharaan ikan di KJA menggunakan pakan yang tidak hidup seperti, ikan rucah dan pellet kering. Jika di hatchery pemeliharaan benih menggunakan pakan hidup seperti rebon (mysis) yang diambil dari tambak selain pakan yang tidak hidup, banih yang demikian tidak direkomendasikan untuk dipakai pada pembesaran ikan. Meskipun nampaknya ikan makan pakan yang tidak hidup yang diberikan, tetapi besar kemungkinannya beberapa ikan hanya bisa makan pakan yang hidup. Ikan yang demikian nantinya akan mempunyai masalah yang serius di KJA.
Yang perlu diketahui bahwa benih yang dipelihara dengan pakan ikan rucah biasanya tidak bisa makan pelet kering. Jika pada pembesaran ikan budidaya menggunakan pelet sebagai pakan maka harus memilih benih yang telah terbiasa dengan pakan pellet, tetapi benih yang terbiasa makan pellet akan dengan mudah makan ikan rucah.
Benih dari hatchery yang diberi pakan rucah tanpa tambahan seperti vitamin mix atau pellet untuk pakan udang akan menghasilkan benih dengan kualitas yang kurang bagus. Benih yang demikian besar kemungkinannya akan mengalami masalah nutrisi dan banyak mengalami kematian selama transportasi.
Penebaran
Kondisi benih waktu datang dari transportasi adalah sangat menentukan kualitas benih. Jika benih lemah selama transportasi maka akan mudah terserang penyakit. Selama transportasi benih mendapatkan banyak stres maka harus menanganinya secara hati-hati. Dari penanganan baru datang ke dalam rakit dan aklimatisasi/ penyesuaian suhu waktu penebaran harus disesuaikan dengan lingkungan perairan.
Karamba jaring apung yang telah ada adalah sumber penularan bibit penyakit terutama untuk ikan yang baru ditebar, karena itu harus dibuat satu sistem penebaran. Biasanya pada KJA skala usaha yang besar dipelihara ikan dengan berbagai umur/ generasi dengan beberapa jenis ikan itu adalah merupakan sumber penularan penyakit. Maka sebaiknya dibuat satu tempat pemeliharaan dengan umur dan jenis ikan yang sama. Untuk penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena pada sore ikan bisa mulai makan dan juga mempunyai waktu yang cukup untuk beradaptasi pada tempat yang baru sebelum malam.
Untuk menambah kekebalan dan mengurangi stress benih ke dalam rakit (Ikeda, 1985) menyarankan untuk mencampur/ memperkaya makanan dengan vitamin C selama 5 – 7 hari, saat ikan baru disebar. Jika terdapat luka-luka dibadan pada benih harus dicegah dengan antibiotik dengan cara melalui makanan.
MANAJEMENT PEMELIHARAAN
Perkiraan Padat Penebaran
Padat tebar pada pemeliharaan ikan akan mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan konversi pakan (FCR), jika padat penebaran tinggi, produksi tinggi per unit bisa dicapai dari biasanya, akan tetapi kemungkinan ikan akan lambat tumbuh, kelangsungan hidup rendah dan FCR menjadi tinggi. Kemungkinan terserang penyakit lebih besar.
Menurut penelitian padat tebar yang dilakukan oleh BBRPBL-Gondol, pada ikan dengan berat tubuh 50-150 g yang ditebar dengan kepadatan 40; 60 dan 80 ekor/m3mempunyai pertumbuhan, kelangsungan hidup dan FCR yang tidak berbeda nyata. Akan tetapi mempunyai perbedaan yang nyata dengan padat tebar yang lebih rendah yaitu 20 ekor/m3. dimana pada padat tebar ini mempunyai pertumbuhan yang lebih kecil dan FCR yang lebih tinggi (Sutarmat, T 2004). Hal ini sesuai dengan sifat alami kerapu yang selalu bersembunyi di suatu tempat. Pada saat diberi makan kerapu menghampiri pakan, bergerombol dan bersembunyi diantara yang lain. Karena itu jika kepadatannya rendah biasanya ikan kerapu ketakutan untuk menghampiri pakan sehingga tidak bisa makan dengan baik. Karena itu pada kepadatan sangat rendah juga bermasalah.
|
Pemilihan Jenis Pakan
Untuk pemeliharaan kerapu secara tradisional menggunakan pakan ikan rucah. Akan tetapi penggunaan ikan rucah mempunyai beberapa masalah yaitu: keberadaan/ketersediaannya tidak kontinyu, memerlukan waktu dan tenaga untuk penyiapan, mutu pakan tidak terjamin, mempunyai resiko tinggi terhadap penularan penyakit dan mudah menimbulkan pencemaran pada lingkungan.
Pemberian pakan pelet pada ikan memiliki beberapa kelebihan antara lain: (a) mudah diperoleh dalam jumlah banyak dan kontinyu; (b) mudah penyimpanan, tidak memakan banyak tempat; (c) mudah memperbaiki mutu melalui produsen pakan (pabrik). Dalam hal cara pemberiannya, faktor yang sangat penting untuk diperhatikan adalah takaran, waktu dan respon ikan terhadap pakan.
Pemberian Pakan Alami(Ikan Rucah)
Jika menggunakan ikan rucah sebagai pakan agar tidak kesulitan untuk mendapatkan pakan secara kontinyu pemilihan lokasi untuk budidaya adalah sangat penting. Kualitas ikan rucah yang jelek ditandai dengan ikan yang membusuk, bau yang tidak sedap dan ikan yang telah teroksidasi sebaiknya tidak digunakan sebagai pakan.
Untuk mencegah masalah kekurangan nutrisi dan kematian secara mendadak dikarenakan kualitas pakan rucah yang tidak bagus, dianjurkan untuk menambah/ memberi vitamin mix pada ikan rucah secara terus menerus sebelum pemberian pakan.
Hal penting yang harus dilakukan adalah memilih ikan rucah beberapa ikan seperti lemuru dan teri yang mempunyai enzim theamimase yang dapat merusak theamine(vitamin B1). Jika secara terus menerus pada pemeliharaan kerapu hanya memakai jenis ikan tersebut kerapu akan menderita kekurangan vitamin B1
Ikan rucah segar mempunyai kualitas nutrisi yang lebih baik dari ikan rucah yang telah dibekukan, akan tetapi harus diingat ikan rucah segar yang langsung diberikan sebagai pakan mempunyai resiko yang tinggi sebagai sumber penularan bibit penyakit pada ikan budidaya FCR untuk ikan rucah adalah 5-6: yang berarti untuk memproduksi 1 kg kerapu bebek memerlukan 5-6 kg pakan ikan rucah.
Metode pakan ikan rucah pada ikan kerapu
Ukuran ikan
(g)
|
Rata-rata pakan per hari*
(%)
|
Frekwensi pemberian pakan
(kali)
|
5 - 10
|
15 – 20
|
3 - 4
|
10 - 50
|
10 – 15
|
2 - 3
|
50 - 150
|
8 – 10
|
1 - 2
|
150 - 300
|
6 – 8
|
1
|
300 - 600
|
4 – 6
|
1
|
Pemberian Pakan Pelet
Pakan pelet kering memungkinkan untuk dipakai sebagai pakan untuk mengembangkan budidaya ikan kerapu yang mantap dan berkesinambungan.
Secara alami ikan kerapu mempunyai sifat penakut jika pakan pelet kerapu mempunyai sifat mengapung dipermukaan air maka kerapu akan sulit untuk mengkonsumsinya sehingga banyak pelet yang terbuang keluar jaring terbawa oleh angin, ombak dan arus yang akhirnya pertumbuhan ikan akan lambat dan FCR akan menjadi tinggi. Karena itu untuk budidaya kerapu dipilih pelet dengan sifat tenggelam secara pelan-pelan.
Selama pemeliharaan kerapu jika terjadi stress setelah sampling dan selama cuaca/ musim kurang bagus, pemberian pakan dengan pelet dapat ditambah vitamin C dengan dosis 0,5 – 2,0 gr/ kg pakan. Penambahan dilakukan sesaat sebelum pemberian pakan dan kelebihan sisa pellet tersebut jangan disimpan terlalu lama.
Nilai FCR pelet tergantung ukuran ikan seperti berturut-turut adalah berat ikan 10-50 g=1,2-1,3; 50-150 g =1,3-1,4; 150-600 g =1,6-1,7.
Metode pakan kerapu dengan pelet kering
Bentuk
|
Ukuran
(mm)
|
Ukuran ikan (g)
|
Jumlah pakan per hari (%)
|
Frekuensi pemberian pakan (hari)
|
Crumble
|
1.6
|
1-5
|
4.0-10.0
|
3-5
|
Pellet
|
3.0
|
5-20
|
2.0-4.0
|
2-3
|
Pellet
|
5.0
|
20-100
|
1.5-2.0
|
2
|
Pellet
|
7.0
|
100-200
|
1.2-1.5
|
1-2
|
Pellet
|
10.0
|
200-300
|
1.0-1.2
|
1
|
Pellet
|
12.0
|
> 300
|
0.8-1.0
|
1
|
Pengelolaan Jaring
Di dalam air laut jaring cepat tersumbat dengan lumpur dan penempelan organisme lain seperti alga dan kepiting. Untuk menjaga agar sirkulasi air berjalan lancar di dalam jaring maka harus sering diadakan pergantian jaring dan dicuci. Ini adalah salah satu cara pengelolaan untuk menjaga kesehatan ikan khususnya mencegah penyakit yang disebabkan parasit
Jarak waktu penggantian jaring tergantung dari kondisi perairan tempat pemeliharaan, seperti jaring pada fasilitas Balai-Gondol diganti setiap 2-3 minggu, tergantung dari kondisi tempat pemeliharaan dan organisme. Pada jaring dengan mata yang kecil lebih cepat terjadi penyumbatan.
Jika jaring kotor harus dicuci di tempat pencucian jaring yang telah tersedia. Setelah dicuci jaring dikeringkan dengan dijemur sempurna di bawah sinar matahari untuk membunuh penyakit khususnya telur-telur parasit yang menempel pada jaring.
Yang harus diingat saat pergantian jaring adalah pada waktu kondisi ikan dalam keadaan sehat. Biasanya saat perendaman dengan air tawar untuk menghilangkan parasit pada saat itu juga dipakai untuk memisahkan ikan yang kecil dan lemah untuk disimpan pada jaring yang lain pada waktu yang sama dilakukan monitoring pertumbuhan ikan dengan cara menimbang berat badan ikan.
Seleksi Ikan
Kerapu bebek tidak memiliki sifat kanibalisme seperti ikan kerapu yang lain. Akan tetapi memiliki variasi ukuran yang besar selama pemeliharaan, pertumbuhan ikan yang kecil ukurannya akan terlambat dari ikan seumurannya. Setelah dua minggu ikan ditebar harus diadakan penyeleksian untuk dipilih. Seleksi ikan perlu dilakukan paling sedikit satu bulan sekali bersamaan setelah dilakukan pergantian jaring.
Pengamatan Pertumbuhan Ikan
Pengamatan pertumbuhan ikan adalah salah satu aktivitas pengelolaan untuk kesehatan, karena ikan dengan kondisi kurang sehat mempunyai pertumbuhan yang kurang. Selain itu dengan mengetahui berat ikan memudahkan pemberian obat melalui pakan. Karena itu berat ikan harus diketahui untuk menghitung jumlah obat yang diberikan.
Untuk mengetahui berat rata-rata ikan dengan cara menimbang 10-30 ekor ikan secara bersamaan kemudian dirata-rata.
Pengendalian Penyakit dan penanggulangannya.
Prinsip yang dilakukan di KJA BBRPBL Gondol dalam pengendalian penyakit adalah “deteksi secara dini dan ambil tindakan secara cepat”. Teknisi yang sudah terlatih dan berpengalaman sangat membantu dalam penerapan prinsip ini. Sebagai tambahan, pengelolaan usaha budidaya yang baik, terutama persiapan secara baik, mendukung terwujudnya prinsip ini. Di KJA BBRPBL Gondol, seluruh obat-obatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk treatmen selalu disimpan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi setiap saat.
Antibiotik yang digunakan pada budidaya kerapu di KJA
Antibiotik
|
Kegunaan
|
Ampicillin
|
Pengendalian berbagai bakteri secara oral, VNN
|
Oxolinic acid
|
Pengendalian bakteri gram-negatif
|
Erythromycin
|
Pengendalian bakteri gram-positif
|
Prefuran (nifurpirinol)
|
Pengendalian bakteri eksternal melalui perendaman
|
PANEN
Kerapu bebek mulai siap dipanen setelah mencapai ukuran berat 500 g. jika ukuran berat kurang adari 500 g mempunyai harga yang sangat rendah. Sebelum panen pemilihan harus dilakukan untuk memilih kualitas ikan. Jika terjadi kematian selama transportasi setelah panen itu berarti selama pemeliharaan ikan kekurangan nutrisi. Sebelum panen ikan harus dipuasakan selama 1-2 hari untuk mencegah terjadinya rusak kerusakan kualitas air akibat muntah dan excresi yang dikeluarkan.
0 komentar:
Post a Comment