Ikan
lele merupakan salah satu jenis ikan yang sanggup hidup dalam kepadatan
tinggi. Ikan ini memiliki tingkat konversi pakan menjadi bobot
tubuh yang baik. Dengan sifat seperti ini, budidaya ikan lele akan
sangat menguntungkan bila dilakukan secara intensif.
Terdapat
dua segmen usaha budidaya ikan lele, yaitu segmen pembenihan dan segmen
pembesaran. Segmen pembenihan betjuan untuk menghasilkan benih ikan
lele, sedangkan segmen pembesaran bertujuan untuk menghasilkan ikan lele
siap konsumsi. Pada kesempatan kali ini alamtani akan membahas
tahap-tahap persiapan budidaya ikan lele segmen pembesaran.
Penyiapan kolam tempat budidaya ikan lele
Ada
berbagai macam tipe kolam yang bisa digunakan untuk tempat budidaya
ikan lele. Setiap tipe kolam memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing bila ditinjau dari segi usaha budidaya. Untuk memutuskan
kolam apa yang cocok, harap pertimbangkan kondisi lingkungan,
ketersediaan tenaga kerja dan sumber dana ada.
Tipe-tipe
kolam yang umum digunakan dalam budidaya ikan lele adalah kolam tanah,
kolam semen, kolam terpal, jaring apung dan keramba. Namun dalam artikel
ini kita akan membahas kolam tanah, mengingat jenis kolam ini paling
banyak digunakan oleh para peternak ikan. Sebagai pengetahuan tambahan,
silahkan baca cara membuat kolam ikan. Tahapan yang harus dilakukan dalam menyiapkan kolam tanah adalah sebagai berikut:
a. Pengeringan dan pengolahan tanah
Sebelum
benih ikan lele ditebarkan, kolam harus dikeringkan telebih dahulu.
Lama pegeringan berkisar 3-7 hari atau bergantung pada teriknya sinar
matahari. Sebagai patokan, apabila permukaan tanah sudah retak-retak,
kolam bisa dianggap sudah cukup kering.
Pengeringan
kolam bertujuan untuk memutus keberadaan mikroorganisme jahat yang
menyebabkan bibit penyakit. Mikroorganisme tersebut bisa bekembang dari
periode budidaya ikan lele sebelumnya. Dengan pengeringan dan
penjemuran, sebagian besar mikroorganisme patogen akan mati.
Setelah
dikeringkan, permukaan tanah dibajak atau dibalik dengan cangkul.
Pembajakan tanah diperlukan untuk memperbaiki kegemburan tanah dan
membuang gas beracun yang tertimbun di dalam tanah.
Bersamaan
dengan proses pembajakan, angkat lapisan lumpur hitam yang terdapat di
dasar kolam. Lumpur tersebut biasanya berbau busuk karena menyimpan
gas-gas beracun seperti amonia dan hidrogen sulfida. Gas-gas itu
terbentuk dari tumpukan sisa pakan yang tidak dimakan ikan.
b. Pengapuran dan pemupukan
Pengapuran
berfungsi untuk menyeimbangkan keasaman kolam dan membantu memberantas
mikroorganisme patogen. Jenis kapur yang digunakan adalah dolomit atau
kapur tohor.
Pengapuran
dilakukan dengan cara ditebar secara merata di permukaan dasar kolam.
Setelah ditebari kapur, balik tanah agar kapur meresap ke bagian dalam.
Dosis yang diperlukan untuk pengapuran adalah 250-750 gram per meter
persegi, atau tergantung pada derajat keasaman tanah. Semakin asam tanah
semakin banyak kapur yang dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah pemupukan. Gunakan paduan pupuk organikditambah urea dan TSP. Jenis pupuk organik yang dianjurkan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos.
Dosisnya sebanyak 250-500 gram per meter persegi. Sedangkan
pupuk kimianya adalah urea dan TSP masing-masing 15 gram dan 10 gram per
meter persegi. Pemupukan dasar kolam bertujuan untuk menyediakan
nutrisi bagi biota air seperti fitoplankton dan cacing. Biota tersebut
berguna untuk makanan alami ikan lele.
c. Pengaturan air kolam
Ketinggian
air yang ideal untuk budidaya ikan lele adalah 100-120 cm. Pengisian
kolam dilakukan secara bertahap. Setelah kolam dipupuk, isi dengan air
sampai batas 30-40 cm. Biarkan kolam tersinari matahari selama satu
minggu.
Dengan
kedalaman seperti itu, sinar matahari masih bisa tembus hingga dasar
kolam dan memungkinkan biota dasar kolam seperti fitoplankton tumbuh
dengan baik. Air kolam yang sudah ditumbuhi fitoplankton berwarna
kehijauan.
Setelah
satu minggu, benih ikan lele siap ditebar. Selanjutnya, air kolam
ditambah secara berkala sesuai dengan pertumbuhan ikan lele sampai pada
ketinggian ideal.
Pemilihan benih ikan lele
Tingkat
kesuksesan budidaya ikan lele sangat ditentukan oleh kualitas benih
yang ditebar. Ada beberapa jenis ikan lele yang biasa dibudidayakan di
Indonesia. Silahkan baca lebih lanjut mengenai jenis-jenis ikan lele budidaya.
Kami merekomendasikan jenis ikan lele Sangkuriang yang dikembangkanBBPBAT Sukabumi.
Ikan lele sangkuriang merupakan hasil perbaikan dari lele dumbo. BBPBAT
mengembangkan ikan lele sangkuriang karena kualitas lele dumbo yang
saat ini beredar di masyarakat semakin menurun dari waktu ke waktu.
Benih
ikan lele bisa kita dapatkan dengan cara membeli atau melakukan
pembenihan ikan lele sendiri. Untuk membuat pembenihan sendiri silahkan
baca cara pembenihan ikan lele dan teknik pemijahan ikan lele.
a. Syarat benih unggul
Benih
yang ditebar harus benih yang benar-benar sehat. Ciri-ciri benih yang
sehat gerakannya lincah, tidak terdapat cacat atau luka dipermukaan
tubuhnya, bebas dari bibit penyakit dan gerakan renangnya normal. Untuk
menguji gerakannya, tempatkan ikan pada arus air. Jika ikan tersebut
menantang arah arus air dan bisa bertahan berarti gerakan renangnya
baik.
Ukuran
benih untuk budidaya ikan lele biasanya memiliki panjang sekitar 5-7
cm. Usahakan ukurannya rata agar ikan bisa tumbuh dan berkembang
serempak. Dari benih sebesar itu, dalam jangka waktu pemeliharaan
2,5-3,5 bulan akan didapatkan lele ukuran konsumsi sebesar 9-12 ekor per
kilogram.
b. Cara menebar benih
Sebelum
benih ditebar, lakukan penyesuaian iklim terlebih dahulu. Caranya,
masukan benih dengan wadahnya (ember/jeriken) ke dalam kolam. Biarkan
selama 15 menit agar terjadi penyesuaian suhu tempat benih dengan suhu
kolam sebagai lingkungan barunya. Miringkan wadah dan biarkan benih
keluar dengan sendirinya. Metode ini bermanfaat mencegah stres pada
benih.
Tebarkan
benih ikan lele ke dalam kolam dengan kepadatan 200-400 ekor per meter
persegi. Semakin baik kualitas air kolam, semakin tinggi jumlah benih
yang bisa ditampung. Hendaknya tinggi air tidak lebih dari 40 cm saat
benih ditebar. Hal ini menjaga agar benih ikan bisa menjangkau permukaan
air untuk mengambil pakan atau bernapas. Pengisian kolam berikutnya
disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan sampai mencapai ketinggian air yang
ideal.
Menentukan kapasitas kolamBerikut ini cara menghitung kapasitas kolam untuk budidaya ikan lele secara intensif. Asumsi kedalaman kolam 1-1,5 meter (kedalaman yang dianjurkan). Maka kepadatan tebar bibit lele yang dianjurkan adalah 200-400 ekor per meter persegi. Contoh, untuk kolam berukuran 3 x 4 meter maka jumlah bibit ikannya minimal (3×4) x 200 = 2400 ekor, maksimal (3×4) x 400 = 4800 ekor.Catatan: kolam tanah kapaistasnya lebih sedikit dari kolam tembok.
Pakan untuk budidaya ikan lele
Pakan
merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan lele. Ada banyak
sekali merek dan ragam pakan di pasaran. Pakan ikan lele yang baik
adalah pakan yang menawarkan Food Convertion Ratio (FCR) lebih
kecil dari satu. FCR adalah rasio jumlah pakan berbanding pertumbuhan
daging. Semakin kecil nilai FCR, semakin baik kualitas pakan.
Untuk
mencapai hasil maksimal dengan biaya yang minimal, terapkan pemberian
pakan utama dan pakan tambahan secara berimbang. Bila pakan pabrik
terasa mahal, silahkan coba membuat sendiri pakan lele alternatif.
a. Pemberian pakan utama
Sebagai
ikan karnivora, pakan ikan lele harus banyak mengandung protein hewani.
Secara umum kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan lele adalah protein
(minimal 30%), lemak (4-16%), karbohidrat (15-20%), vitamin dan mineral.
Berbagai
pelet yang dijual dipasaran rata-rata sudah dilengkapi dengan
keterangan kandungan nutrisi. Tinggal kita pandai-pandai memilih mana
yang bisa dipercaya. Ingat, jangan sampai membeli pakan kadaluarsa.
Pakan
harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum setiap harinya
ikan lele memerlukan pakan 3-6% dari bobot tubuhnya. Misalnya, ikan lele
dengan bobot 50 gram memerlukan pakan sebanyak 2,5 gram (5% bobot
tubuh) per ekor. Kemudian setiap 10 hari ambil samplingnya, lalu timbang
dan sesuaikan lagi jumlah pakan yang diberikan. Dua minggu menjelang
panen, persentase pemberian pakan dikurangi menjadi 3% dari bobot tubuh.
Jadwal
pemberian pakan sebaiknya disesuaikan dengan nafsu makan ikan.
Frekuensinya 4-5 kali sehari. Frekuensi pemberian pakan pada ikan yang
masih kecil harus lebih sering. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang,
sore dan malam hari.
Ikan
lele merupakan hewan nokturnal, aktif pada malam hari. Pertimbangkan
pemberian pakan lebih banyak pada sore dan malam hari. Si pemberi pakan
harus jeli melihat reaksi ikan. Berikan pakan saat ikan lele agresif
menyantap pakan dan berhenti apabila ikan sudah terlihat malas untuk
menyantapnya.
b. Pemberian pakan tambahan
Selain
pakan utama, bisa dipertimbangkan juga untuk memberi pakan tambahan.
Pemberian pakan tambahan sangat menolong menghemat biaya pengeluaran
pakan yang menguras kantong.
Apabila
kolam kita dekat dengan pelelangan ikan, bisa dipertimbangkan pemberian
ikan rucah segar. Ikan rucah adalah hasil ikan tangkapan dari laut yang
tidak layak dikonsumsi manusia karena ukuran atau cacat dalam
penangkapannya. Bisa juga dengan membuat belatung dari campuran ampas
tahu.
Keong
mas dan limbah ayam bisa diberikan dengan pengolahan terlebih dahulu.
Pengolahannya bisa dilakukan dengan perebusan. Kemudian pisahkan daging
keong mas dengan cangkangnya, lalu dicincang. Untuk limbah ayam
bersihkan bulu-bulunya sebelum diumpankan pada lele.
Satu
hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pakan ikan lele, jangan
sampai telat atau kurang. Karena ikan lele mempunyai sifat kanibal,
yakni suka memangsa sejenisnya. Apabila kekurangan pakan, ikan-ikan yang
lebih besar ukurannya akan memangsa ikan yang lebih kecil.
Pengelolaan air
Hal
penting lain dalam budidaya ikan lele adalah pengelolaan air kolam.
Untuk mendapatkan hasil maksimal kualitas dan kuantitas air harus tetap
terjaga.
Awasi
kualitas air dari timbunan sisa pakan yang tidak habis di dasar kolam.
Timbunan tersebut akan menimbulkan gas amonia atau hidrogen sulfida yang
dicirikan dengan adanya bau busuk.
Apabila
sudah muncul bau busuk, buang sepertiga air bagian bawah. Kemudian isi
lagi dengan air baru. Frekuensi pembuangan air sangat tergantung pada
kebiasaan pemberian pakan. Apabila dalam pemberian pakan banyak
menimbulkan sisa, pergantian air akan lebih sering dilakukan.
Pengendalian hama dan penyakit
Hama
yang paling umum dalam budidaya ikan lele antara lain hama predator
seperti linsang, ular, sero, musang air dan burung. Sedangkan hama yang
menjadi pesaing antara lain ikan mujair. Untuk mencegahnya yaitu dengan
memasang saringan pada jalan masuk dan keluar air atau memasang pagar di
sekeliling kolam.
Penyakit
pada budidaya ikan lele bisa datang dari protozoa, bakteri dan virus.
Ketiga mikroorganisme ini menyebabkan berbagai penyakit yang mematikan.
Beberapa diantaranya adalah bintik putih, kembung perut dan luka di
kepala dan ekor.
Untuk
mencegah timbulnya penyakit infeksi adalah dengan menjaga kualitas air,
mengontrol kelebihan pakan, menjaga kebersihan kolam, dan
mempertahankan suhu kolam pada kisaran 28oC. Selain penyakit
infeksi, ikan lele juga bisa terserang penyakit non-infeksi seperti
kuning, kekurangan vitamin dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih jauh
tentang pengendalian penyakit silahkan baca pengendalian hama dan penyakit ikan lele.
Panen budidaya ikan lele
Ikan
lele bisa dipanen setelah mencapai ukuran 9-12 ekor per kg. Ukuran
sebesar itu bisa dicapai dalam tempo 2,5-3,5 bulan dari benih berukuran
5-7 cm. Berbeda dengan konsumsi domestik, ikan lele untuk tujuan ekspor
biasanya mencapai ukuran 500 gram per ekor.
Satu
hari (24 jam) sebelum panen, sebaiknya ikan lele tidak diberi pakan
agar tidak buang kotoran saat diangkut. Pada saat ikan lele dipanen
lakukan sortasi untuk misahkan lele berdasarkan ukurannya. Pemisahan
ukuran berdampak pada harga. Ikan lele yang sudah disortasi berdasarkan
ukuran akan meningkatkan pendapatan bagi peternak.
0 komentar:
Post a Comment