Ikan papuyu. Mungkin tidak semua orang yang mengenalnya. Karena tidak di setiap daerah bisa ditemukan, atau hanya dtemukan di Pulau Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan. Di sana, ikan yang mirip dengan ikan gabus ini menjadi primadona, karena rasanya yang lezat dan sering dihidangkan dalam upacara adat oleh Suku Banjar.
Namun sayang, ikan yang bernama latin Anabas testudneus ini populasinya semakin berkurang, akibat penangkapan yang tidak selektif dan adanya penduduk yang menangkap dengan bahan peledak. Karena populasinya semakin berkurang, maka usaha budidaya mulai dikembangkan. Salah satu institusi yang telah berhasil adalah Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Mandiangin
A. Biologi Ikan Papuyu
1. Klasifikasi
Ikan Papuyu sebenarnya sudah lama dikenal masyarakat Indonesia dibeberapa daerah. Dalam bahasa-bahasa daerah ikan ini juga dinamakan ikan Betik (Jawa dan Sunda), Papuyu (Kalimantan Selatan), Puyu (Malaya dan Kalimantan Timur), Puyu-puyu (Padang), Puyo-puyo (Bintan), geteh-geteh (Manado), dan kusang (Danau Matanua). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus (Bloch, 1792dalam Saifuddin, 2010).
Gambar Ikan Papuyu
Menurut Saanin (1984)dalam Saifuddin (2010), Ikan Papuyu diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub KelaS : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Famili : Anabantidae
Genus : Anabas
Species : Anabas testudineus Bloch
2. Morfologi
Menurut Djuhanda (1981), tanda-tanda utama ikan Papuyu adalah bentuk lonjong lebih ke belakang pipih. Kepala besar dan mulut tidak dapat disembulkan. Semua badan kepalanya bersisik kasar dan besar-besar. Jari-jari keras dari sirip perut dapat digerakan untuk berjalan pada permukaan lumpur yang kering. Badan berwarna coklat agak hitam kehiaju-hijauan . Ikan ini umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm, namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi atas tubuh (dorsal) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi samping (lateral) kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang. Sisi belakang tutup insang bergerigi tajam seperti duri.
3. Daerah Penyebaran
Ikan ini menyebar luas, mulai dari India, Cina hingga Asia Tenggara dan Kepulauan Nusantara di sebelah barat Garis Wallace Daerah penyebaran ikan Papuyu di Indonesia meliputi Sumatera, Nias, Bintan, Sulawesi, Bangka, Sumbawa, Pati, Ambon, Jawa, Bacau, Halmahera, Kalimantan, dan Madura.
4. Kebiasaan/Behaviour
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair. Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dimegarkan, dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau ia akan mati.
5. Habitat
Ikan Papuyu ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan dengan saluran air terbuka. Ikan Papuyu dapat tumbuh normal pada perairan dengan kisaran pH antara 4 – 8. Ikan Papuyu tahan terhadap kekeringan dan terkadang kuat hidup sampai satu minggu tanpa air atau tinggal dalam lumpur sedikit berair selama 1 – 2 bulan.
6. Makanan
Ikan Papuyu adalah golongan ikan pemakan segala (omnivora), oleh karena itu mudah diberikan makanan tambahan atau buatan.Menurut Mudjiman (1985), jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ikan secara umum berkisar antara 3 – 6 % dari total berat ikan. Namun jumlah makanan itu dapat berubah-ubah tergantung pada suhu lingkungannya. Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil.
7. Pertumbuhan
Arifin (1991), menyatakan bahwa pertumbuhan dapat dikatakan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat didalam waktu tertentu. Pertambahan ukuran ini karena adanya proses hayati yang terus menerus terjadi didalam tubuh organisme. Kecepatan pertumbuhan sangat tergantung kepada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, kedalaman air, kandungan oksigen dalam air, dan parameter kualitas air lainnya. Makanan yang didapat oleh ikan terutama di manfaatkan untuk pergerakan, memulihkan organ tubuh yang rusak, setelah itu kelebihan makanan yang didapatkan digunakan untuk pertumbuhan (Asmawi, 1986). Pertumbuhan ikan Papuyu di alam dapat mencapai ukuran >200 gram per ekor dalam 1 tahun, sedangkan pertumbuhan dalam lingkungan budidaya (kolam, fishpen/jaring tancap) mencapai kisaran 70 - 100 gram per ekor selama 1 tahun.
8. Reproduksi
Ikan Papuyu berkembangbiak dengan cara induk betina mengeluarkan telur yang dibuahi induk jantan dengan mengeluarkan sperma. Pembuahan terjadi diluar dengan cara tubuh induk jantan menjepit tubuh induk betina sambil mengeluarkan telur dan sperma.
9. Telur
Telur ikan Papuyu berbentuk bulat berwarna bening kekuningan dengan sifat mengapung di air. 1 ekor induk papuyu dapat memproduksi telur sebanyak 13.000 – 15.000 tergantung berat dari ikan tersebut.
10. Larva
Larva ikan Papuyu berukuran panjang < 1 mm berwarna bening dengan bintik mata hitam. Pada umur 1 hari larva akan diam mengapung di permukaan air atau menempel pada substrat, setelah umur 1 hari larva mulai berenang aktif.
B. Budidaya Ikan Papuyu
1. Beda jantan dan betina
Jantan dan betina ikan papuyu dapat dibedakan dari tanda tubuhnya. Tanda induk betina : tubuh memanjang; warna agak kusam; perut agak gendut, gerakan lamban, lubang kelamin membulat dan berukuran 100 gram. Tanda induk jantan : tubuh membulat; warna cerah; gerakan lincah, lubang kelamin memanjang, dan berukuran antara 100 gram.
2. Pemijahan
Pemijahan ikan papuyu dilakukan secara semi buatan, induced spawning. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm dan tinggi 45 cm; keringkan selama 3 hari; isi air setinggi 30 cm; hidupkan dua titik aerasi dan biarkan hidup selama pemijahan; suntik 2 ekor induk betina sore hari dengan ovaprim dosis 0,5 ml/kg dan masukan ke dalam akuarium; suntik 8 ekor induk jantan dan satukan dengan induk betina; biarkan memijah. Perbandingan antara jantan dan betina 4 : 1. Pemijahan akan terjadi pada tengah malam hingga pagi hari dan telur-telur akan menempel pada dinding akuarium.Menurut Utomo, et al (2001) dalam Komang Ni Suryati (2010) fekunditas individu ikan betik yang berukuran panjang total 18 cm sebanyak 17.235 butir telur.
3. Penetasan dan pemeliharaan larva
Penetasan dilakukan dalam akuarium pemijahan. Yaitu dengan menangkap induk-induk yang telah memijah, kemudian dipindahkan ke kolam pematangan gonad. Dalam suhu 29 – 30oC, telur akan menetas antara 20 – 24 jam. Larva tersebut dipelihara selama 3 hari hingga kuat untuk berenang. Selama di akuarium itu diberi pakan tambahan berupa naupli artemia secukupnya atau secara adlibitum. Setiap ekor induk betina bisa menghasilkan larva sebanyak 13.500 ekor.
4. Pendederan I
Pendederan I dilakukan dalam hapa yang dipasang di kolam. Caranya, siapkan sebuah kolam berukuran 200 m2, keringkan selama 4 – 6 hari; isi air setinggi 40 – 60 cm; tebarkan 4 karung kotoran ayam atau puyuh dan biarkan selama 4 – 5 hari; pasang 4 – 10 buah hapa ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 80 cm dengan tiang-tiang bambu; masukan 2.000 ekor larva; beri pakan tambahan berupa pelet halus. Pemeliharaan ini dilakukan selama seminggu. Pada saat itu, larva sudah berukuran 0,5 cm.
5. Pendederan II dan III
Pendederan II dilakukan di kolam. Caranya, siapkan sebuah kolam berukuran 200 m2, keringkan selama 4 – 6 hari; isi air setinggi 40 – 60 cm; tebarkan 4 karung kotoran ayam atau puyuh dan biarkan selama 4 – 5 hari; tebar benih yang berasal dari tempat pendederan I (hapa) dengan kepadatan 200 – 300 ekor/m2; beri pakan tambahan berupa pelet halus sebanyak 500 gram/hari diawal pemeliharaan, 750 gram pada minggu kedua, 1000 gram (1 kg) pada minggu ketiga atau sesuai dengan kebutuhan. Pendederan II berlangsung selama 30 hari. Pada saat itu, benih papuyu sudah mencapai 1 – 3 cm. Pendederan III dilakukan di kolam lain dengan perlakuan sama dengan pendederan II. Pendederan ini dilakukan selama sebulan dan benih sudah mencapai ukuran 3 – 5 cm.
6. Pembesaran
Pembesaran dilakukan di kolam. Caranya, siapkan sebuah kolam berukuran 500 m2, keringkan selama 4 – 6 hari; isi air setinggi 40 – 60 cm; tebarkan 6 karung kotoran ayam atau puyuh dan biarkan selama 4 – 5 hari; tebar benih yang berasal dari tempat pendederan II dengan kepadatan 50 ekor/m2; beri pakan tambahan berupa pelet butiran sebanyak 5 persen/hari. Pembesaran berlangsung selama 6 bulan. Saat itu, ikan papuyu sudah mencapai berat antara 60 – 75 gram.
7. Pembesaran di jaring tancap
Pembesaran papuyu bisa juga dilakukan dalam jaring tancap. Caranya, pilih lokasi di pinggir perairan yang memiliki kedalaman 1 – 1,5 m; siapkan sejumlah jaring berukuran panjang 4 m, lebar 3 m dan 1 m dengan mess 0,5 cm; pasang jaring dengan mengikatkan pada tiang-tiang yang tahan air, seprti kayu ulin; tebarkan benih papuyu yang berasal dari pendederan III dengan kepadatan50 – 100 ekor/m2; beri pakan tambahan berupa pelet sebanyak 5 persen/hari dengan frekwensi pemberian 4 kali. Pembesaran di jaring tancap berlangsung selama 6 bula. Pada saat itu, ikan papuyu sudah berukuran 65 – 75 gram.
0 komentar:
Post a Comment